Skip to main content

Langkah Sukanto Tanoto Dalam Membangun Industri Kehutanan Berkelanjutan di Indonesia


Pada tahun 1973, Royal Golden Eagle (RGE) resmi terdaftar. RGE didirikan dan diketuai oleh Sukanto Tanoto. RGE berawal dari sebuah toko persediaan suku cadang Toko Motor di tahun 1967 bertempat di Medan, Indonesia. RGE bertempatan di Tiongkok, Brazil, Spanyol dan Kanada. RGE memperluas bisnisnya yaitu terdiri dari industri khusus selulosa, serat viscose, penyulingan minyak kelapa sawit, kertas dan karton, dan energi.
Sukanto Tanoto percaya bahwa industri kehutanan merupakan bisnis yang berkelanjutan. Dia membuktikannya dalam perusahaan RGE. Saat ini, RGE mempunyai aset senilai 18 USD. Sukanto memanfaatkan potensi lahan yang terbengkalai untuk pengembangan bisnisnya. Pabrik pulp dan paper di Kerinci merupakan pabrik terbesar di Dunia.
Sukanto Tanoto lebih mementingkan merawat alam dibanding dengan memanfaatkan alam. Ia selalu percaya bahwa perlindungan lingkungan seharusnya tidak menjadi beban bagi perusahaan, tetapi justru menjadi sebuah sumber daya yang kaya bagi perusahaan selama hal itu dilakukan dengan perilaku yang baik. Sehingga, RGE selalu berpegangan pada prinsip berkelanjutan.
Perusahaan sumber daya hutan seperti Royal Golden Eagle tidak diuntungkan apabila terjadi bencana seperti kebakaran hutan. Kebakaran dapat merusak hutan, mengurangi nilai dan produktivitas aset-aset, serta menciptakan kabut asap. Imbasnya bagai efek domino yang merugikan kinerja bisnis.
Untuk memastikan kinerja Royal Golden Eagle bertanggung jawab terhadap alam, Sukanto Tanoto membuat prinsip kerja. Sebuah prinsip kerja yang dinamakan 5C yaitu Good for Community, Good for Country, Good for Climate, Good for Costumer, dan Good for Company. Prinsip ini adalah basis panduan operasi semua perusahaan di bawah grup Royal Golden Eagle.
Prinsip Good for Community yaitu Sukanto Tanoto tidak mau perusahaannya merugikan masyarakat. Royal Golden Eagle tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi sebagai institusi yang menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Ia membuktikan hal tersebut ketika krisis finalsial yang terjadi pada Indonesia sekitar tahun 1997.
Good for Country merupakan wujud nasionalisme yang tinggi. Sukanto Tanoto berharap bahwa Royal Golden Eagle mampu berkontribusi bagi kemajuan Indonesia. Hal ini sudah diwujudkan dalam sumber daya alam menjadi komoditas berharga. Sukanto Tanoto mendapatkan penghargaan sebagai ”pengusaha yang mampu membuat kejaiban” dari mendiang Presiden Soeharto.
Good for Company yaitu sebuah institusi bisnis yang mau tidak mau profit harus dikejar. Tidak akan bertahan jika tidak menghasilkan untung. Agar bisa seperti itu, Sukanto Tanoto memberi kiat yang menarik yaitu semua langkah bisnis perlu dipikirkan dengan masak-masak.
Ia menerapkan prinsip Good for Climate untuk membantu negara. Hal ini dibuktikan pada pemerintah saat ini mengejar target peningkatan daya listrik di Indonesia. Target untuk sumber listrik sebanyak 35 ribu megawatt.
Sukanto Tanoto menambahkan hal yang tidak kalah penting dalam membangun industri kehutanan berkelanjutan yaitu harus melibatkan warga, karena warga yang tidak memiliki lapangan kerja akan merambah hutan sebagai mata pencaharian.
Upaya strategis agar fungsi hutan tetap signifikan perlu dilakukan untuk kesejahteraan rakyat. TFIC memperkuat riset IPB untuk meminimalisasi kebencanaan yaitu kebakaran hutan dan lahan, hidrometrologi, dan tsunami. TFIC diharapkan mendukung secara langsung pengelolaan hutan nasional, serta dapat mendukung pemahaman tentang kehutanan agar informasi yang diperoleh bisa berdasarkan ilmu pengetahuan. Dan itulah langkah Sukanto Tanoto dalam membangun industri kehutanan berkelanjutan di Indonesia

Comments